KE GOOGLE

FILM

Kamis, 06 Oktober 2016

TVisiKita, Pesaing YouTube untuk Masyarakat Desa di Indonesia

 Bagi masyarakat perkotaan, layanan televisi-internet atau kerap disebut video-streaming bukanlah hal asing. YouTube, Netflix, Vidio, iFlix, dan Hooq menerapkan mekanisme demikian.

Sayangnya, layanan-layanan itu membutuhkan jaringan internet dengan bandwidth tinggi sehingga hanya bertumbuh subur di kota-kota besar. Lantas bagaimana dengan masyarakat desa yang masih sulit mengakses internet?

Sebuah aplikasi Android bertajuk TVisiKita diharapkan mampu menjadi solusi. Aplikasi tersebut dikembangkan dengan teknologi iBOLZ yang dirancang khusus untuk daerah-daerah yang belum punya akses internet mumpuni.

Pasalnya, konten di TVisiKita bisa dinikmati dengan bandwidth rendah. Menurut pengembang TVisiKita, Henry Jusuf, kecepatan internet 70 Kbps sudah bisa digunakan untuk streaming konten video di aplikasi tersebut dengan kualitas low-resolution.

"Kecepatan segitu biasanya cuma bisa untuk streaming konten suara saja," kata Henry usai pembukaan Festival Desa Teknologi Komunikasi dan Informasi (Destika) di Danau Sentani, Jayapura, Papua, Rabu (28/9/2016).

Bagi masyarakat kota yang sebenarnya sudah punya akses internet cukup baik, Henry mengklaim TVisiKita bisa turut digunakan untuk menghemat pulsa. Sebab, TVisiKita mampu menghemat data untuk streaming hingga 60 persen.

"Kalau tersambung WiFi, TVisiKita punya teknologi adaptive untuk meningkatkan kualitas gambar sampai HD," ia menuturkan.

Selain dari segi teknis, TVisiKita juga memberi kelonggaran dari sektor bisnis untuk para pembuat konten. Tak seperti YouTube yang menggunakan sistem AdSense, Henry mengatakan iklan di TVisiKita diatur secara mandiri oleh sang empunya channel.

"Kalau lewat situ (Google AdSense) kan ada mediumnya sehingga kreator nggak pernah benar-benar tahu sistem pendapatannya. Kalau di TVisiKita model bisnisnya diatur sendiri-sendiri. Jadi yang punya channel otomatis jadi entrepreneur," kata dia.

Mekanisme mirip YouTube

Intinya, mekanisme TVisiKita hampir sama dengan YouTube dkk, di mana setiap orang, lembaga, atau kelompok tertentu bisa membuat channel video sendiri. Semua orang pun bisa menikmati konten yang bakal diarahkan sebagai media hiburan, edukasi, sosial, budaya, dan ekonomi bagi masyarakat desa.

Bedanya, akses ke konten TVisiKita tak memerlukan bandwidth besar. Selain itu, model bisnisnya juga lebih bebas dan mandiri.

TVisiKita diluncurkan pada pembukaan Festival Destika 2016. Acara tahunan tersebut diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika, bekerja sama dengan pemda, komunitas, dan lembaga-lembaga lainnya.

Ini merupakan gelaran Festival Destika keempat. Sebelumnya, acara tersebut pernah dibuat secara berurutan di Melung, Majalengka, dan Belitung Timur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar